Apa benar,Bahwa lalat itu bisa di ternak? 
Apa lalat bisa dijual belikan? Apa lalat bisa berguna dimasyarakat? 



Ternak lalat BSF bisa membuat kita untung banyak


Keuntungan BSF sebagai pakan ternak


 Pemanfaatan larva BSF sebagai pakan ternak
memiliki keuntungan secara langsung maupun tidak langsung. Larva BSF mampu mengurai limbah organik, termasuk limbah kotoran ternak secara efektif karena larva tersebut termasuk golongan detrivora, yaitu organisme pemakan tumbuhan dan hewan yang telah
mengalami pembusukan. Dibandingkan dengan larva dari keluarga lalat Muscidae dan Calliphoridae, larva ini tidak menimbulkan bau yang menyengat dalam proses mengurai limbah organik sehingga dapat diproduksi di rumah atau pemukiman. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Banks et al. (2014) yang
menunjukkan adanya penurunan senyawa volatil pada media yang diberi larva BSF berdasarkan pengamatan di laboratorium.
Kemampuan larva dalam mengurai senyawa
organik ini dilaporkan terkait dengan kandungan beberapa bakteri yang terdapat di dalam sistempencernaannya (Dong et al. 2009; Yu et al. 2011).

Tomberlin et al. (2002) dan Myers et al. (2008)
melaporkan bahwa larva BSF mampu mengurangi limbah hingga 58% dan menurunkan konsentrasi populasi nitrogen di kandang. Sebanyak 58 tons prepupa dapat dihasilkan dari kotoran ayam petelur dengan kapasitas 100.000 ekor dalam waktu lima bulan sehingga sangat ideal untuk dikembangkan sebagai  agen biokonversi dan sumber protein alternatif  (Tomberlin & Sheppard 2002). Diener et al. (2011) juga melaporkan bahwa larva BSF Mampu mengurai  hingga 68% sampah perkotaan, 50% untuk kotoran  ayam, 39% untuk kotoran babi serta 25% untuk  campuran kotoran ayam dan sapi, sedangkan menurut  Zakova & Barkovcova (2013), larva BSF mampu 
mengurai sampah tanaman hingga 66,53%.
Keuntungan yang lain adalah larva BSF bukan
merupakan vektor suatu penyakit dan relatif aman untuk kesehatan manusia sehingga jarang dijumpai di  pemukiman terutama yang berpenduduk padat. 


Disamping itu, populasi lalat BSF mampu mengurangi populasi lalat M. domestica (lalat rumah). Apabila  dalam limbah organik telah didominasi oleh larva BSF, 
maka lalat M. domestica tidak akan bertelur di tempat tersebut. Tomberlin & Sheppard (2002) menyebutkan  bahwa koloni BSF yang berkembang di kotoran ayam  mampu menurunkan populasi lalat M. domestica 
(Diptera: Muscidae) sebesar 94-100%. Lebih lanjut dijelaskan bahwa koloni tersebut mampu mengurangi  akumulasi kotoran ayam dalam kandang hingga 50%. 
Secara alamiah, larva lalat BSF akan mengeluarkan senyawa kimia yang mencegah lalat M. domestica untuk bertelur di tempat yang sama (Tomberlin et al.  2009).
Disamping itu, larva BSF dilaporkan bersifat
sebagai antibiotik. Studi antibakteri yang dilakukan di Korea menunjukkan bahwa larva BSF yang diekstrak  dengan pelarut metanol memiliki sifat sebagai  antibiotik pada bakteri Gram positif, seperti Klebsiella  pneumonia, Neisseria gonorrhoeae dan Shigella  sonnei. Sebaliknya, hasil analisis tersebut juga menunjukkan bahwa ekstrak larva ini tidak efektif  untuk bakteri Gram positif, seperti Bacillus subtilis,  Streptococcus mutans dan Sarcina lutea (Choi et al. 2012). Ekstrak metanol larva BSF mampu menghambat proliferasi bakteri Gram negatif, sehingga  pemanfaatannya sebagai sumber pakan ternak akan  bermakna ganda, yaitu kandungan proteinnya yang  tinggi dan kandungan antibiotik untuk membunuh  bakteri Gram negatif yang merugikan. Pelarut kimia yang lain juga diuji untuk mengekstraksi larva antara  lain pelarut air, etanol, heksan dan kloroform, namun  tidak memberikan efek antibiotik. Laporan lain  menyebutkan bahwa larva BSF mampu menurunkan  populasi Salmonella spp hingga 6 log10 pada feses 
manusia selama delapan hari, tetapi tidak efektif untuk bakteri Enterococcus spp dan bakteriofag X174  (Lalander et al. 2013). Larva BSF ini mampu  menurunkan populasi Escherichia coli O157:H7 dan  Salmonella enterica serovar Enteritidis pada kotoran  unggas (Erickson et al. 2004) dan E. coli pada kotoran  sapi perah (Liu et al. 2008).

    Beberapa penelitian membuktikan bahwa apabila larva BSF memakan kotoran unggas atau limbah yang  mengandung bakteri patogen maka di dalam tubuh  sebagian prepupa akan ditemukan bakteri yang sama, 
meskipun dalam jumlah yang sangat rendah. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya transfer  bakteri tersebut ke ternak maka disarankan untuk  dilakukan pengolahan. Lalander et al. (2013) merekomendasikan untuk mengeringkan prepupa  terlebih dahulu sebelum diberikan sebagai pakan  ternak. Pengolahan dalam bentuk pelet yang melalui  proses pengeringan dapat mengeliminasi potensi  terjadinya penularan bakteri patogen, seperti  Salmonella spp. Larva BSF juga dilaporkan mampu menurunkan daya tahan hidup virus. Lalander et al. (2015) melakukan pengamatan terhadap konsentrasi virus  yang diinokulasikan pada sampah organik selama 14  hari. Virus golongan enterovirus terbukti paling peka  terhadap aktivitas larva BSF dibandingkan dengan adenovirus dan reovirus. Beberapa faktor yang diduga  berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi virus  antara lain karena aktivitas larva, adsorbsi ke dalam  partikel dan terjadinya mekanisme inaktivasi amoniak. Selain itu, larva BSF juga diuji efektivitasnya terhadap  viabilitas telur Ascaris suum. Namun, hasil penelitian  menunjukkan bahwa aktivitas larva BSF hanya mampu mengurangi telur A. suum antara 37-44% yang tidak  berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (Lalander et al. 2015). Studi lain membuktikan bahwa larva BSF  berpotensi juga sebagai sumber biodiesel alternatif.  Sebanyak 1.248,6 g kotoran segar sapi perah yang  diurai oleh 1.200 larva BSF dalam waktu 21 hari  dilaporkan dapat menghasilkan biodiesel. Dari formula  tersebut diperoleh sekitar 70,8 g larva kering dan  diproses untuk menghasilkan sekitar 15,8 g biodiesel.  Residu larva pasca-pemrosesan dapat digunakan untuk
pakan ternak (Li et al. 2011). 

Semoga dengan adanya artikel ini bisa menginspirasi kalian untuk memahami bahwa semua ciptaan Tuhan itu bisa dimanfaatkan 


Terima kasih



Post a Comment